Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Mungkin Kita Perlu Ilmu Mengenali Diri dan Menanggulangi Patah Hati

Gambar
           cred      Mengenyam pendidikan selama dua belas tahun, pastinya banyak yang sudah kita pelajari. Sebutlah matematika, fisika, ekonomi, sosiologi, maupun pelajaran-pelajaran lain yang tertulis di kurikulum pendidikan kita. Pastinya banyak teori serta rumus-rumus ilmiah yang kita pelajari juga. Aku sendiri, sebagai pembelajar di kurikulum pendidikan Indonesia selama dua belas tahun juga merasakan hal yang sama. Namun, setelah aku menyelesaikan studi pendidikan dasarku dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, aku baru sadar bahwa banyak sekali hal-hal yang mungkin sepatutnya diajarkan di pendidikan kita. Selepas SMA, aku menyadari betapa susahnya bagi diri aku sendiri untuk menentukan jurusan kuliah, tujuan hidup, bidang yang ingin aku dalami, serta hal-hal yang seharusnya, menurut aku, aku sudah tahu apa yang aku mau. Di sisi lain, dalam perjalanan mendaftar beberapa institusi pendidikan lanjutan, aku sendiri juga bertemu saat-saat dimana harus menghadapi kegagalan, yang

Pendidikan Karakter dan Prinsip Pola Pikir : Pondasi Belajar yang Jarang Diajarkan di Sekolah

Gambar
            Menilik ulang pengalaman kita masing-masing saat menempuh pendidikan formal di Indonesia, pastinya banyak hal-hal yang setelah kita lulus, kita malah jadi bingung esensi belajar itu apa, atau malah menemukan hal-hal janggal yang ditemukan secara proses pembelajaran itu sendiri. Bicara mengenai pendidikan di Indonesia, di antara sisi-sisi pendidikan yang kita bisa lihat secara langsung, ada dua hal yang seharusnya jadi pondasi masing-masing dari kita sebelum menempuh pendidikan dan jadi kunci pegangan sebagai manusia, tapi malah jadi hal yang paling diabaikan dan nggak pernah diajarkan di sekolah selama ini; pendidikan karakter dan prinsip pola pikir selama belajar.

Measuring The Comfort Zone

Gambar
cr Sampai di titik sekarang kita berada, pasti pernah seenggaknya sekali baca kalimat, “ Change begins at the end of your comfort zone. ” Quote tentang zona nyaman ini sendiri aku baca pertama kali waktu duduk di bangku sekolah. Gak hanya ¬quote-nya aja, sampai sekarang pun udah di luar kapasitas jari tangan dan kaki denger ceramah banyak orang tentang pentingnya “keluar dari zona nyaman” ini sendiri. Tapi pernah gak kepikiran, Memang dalam cakupan apa sih zona nyaman kita yang harus ditinggalkan ini? This question popped off in my head when I was a child, sampai akhirnya setelah lulus bangku sekolah dasar pun aku masih gak bisa jawab pertanyaan ini. Later on, I know it was because back then, I haven’t felt any uncomfortable feelings… yet. Sampai akhirnya kehidupan bangku sekolah menengah pertama datang, dan disuguhkanlah kehidupan asrama yang buat aksi ‘meninggalkan rumah’ jadi sebuah keharusan. Seminggu di asrama, satu yang aku pahami setelah itu; “Asrama bukan comfort zone aku.” Pa